Manfaat luar biasa bermawas diri

“(Apakah kamu, hai orang-orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri. Sementara itu, ia selalu merasa cemas dan khawatir akan azab akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya…” (QS Az-Zumar [39]: 9).
Ayat ini merupakan satu dari 12 ayat yang berbicara tentang keutamaan mawas diri, hati-hati, dan waspada. Alquran menyebut istilah-istilah itu dengan “hadzar”. Sikap ini merupakan akhlak Alquran yang sepatutnya dimiliki oleh mereka yang berakal atau ‘Ulul Albab’, seperti yang dikehendaki pada akhir ayat ini.
Sebab musabab turunnya ayat di atas seperti yang diceritakan Anas bin Malik RA, yaitu pada suatu hari, Rasulullah SAW melayat seseorang yang akan meninggal dunia. “Bagaimana keadaanmu sekarang ini?” tanya Rasulullah. “Aku dalam keadaan harap dan cemas,” jawabnya.
Lalu, Rasulullah bersabda, “Tidaklah berkumpul dalam diri seseorang dua perasaan ini, melainkan Allah akan berikan apa yang dia harapkan dan menenangkannya dari apa yang ia cemaskan.” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasai).

Di antara bentuk kecemasan yang dimaksud ayat di atas, yakni Allah akan mengazab kita, baik di dunia maupun di akhirat karena kelalaian kita dalam ketaatan kepada-Nya. Dari kecemasan akan azab-Nya inilah kita akan diantarkan kepada satu sikap kewaspadaan dan kehati-hatian. Sehingga, yang selalu nampak adalah totalitas ketaatan hamba kepada Sang Khalik. Allah SWT berfirman, “Taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu waspadalah…” (QS Al-Maidah [5]: 92).
Ada dua kewaspadaan atau mawas diri. Pertama, waspada dan mawas diri dari segala bentuk kemaksiatan agar terhindar dari azab dan murka Allah SWT. Kedua, waspada dan berhati-hati terhadap musuh, baik yang nyata maupun yang tidak nyata.
“Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu berhati-hati dan waspada akan cobaan (fitnah) yang ditimpakan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS An-Nur [24]: 63). Karena itu, kewaspadaan akan azab-Nya menjadikan kita lebih berhati-hati dengan semua syariat-Nya, sehingga tak lagi terbersit untuk berbuat maksiat.
Selain itu, kita mesti hadzar dengan para agresor nyata, baik dari setan dan jin, maupun manusia itu sendiri. “…mereka (para munafik) itulah musuh yang sebenarnya. Waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka.” (QS Al-Munafiqun [63]: 4).
Terlebih lagi terhadap mereka yang nyata-nyata memusuhi Islam dan kaum Muslim, Allah SWT mengingatkan orang-orang yang beriman agar waspada dan hati-hati, tidak mudah diperdaya, dan menerima tawaran mereka dalam bentuk apa pun. “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah dan majulah ke medan jihad dengan berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama.” (QS An-Nisa [4]: 71).
Alhasil, sikap kewaspadaan mestinya telah tertanam dalam diri seorang hamba yang beriman kepada Allah SWT. Cukup sudah sederetan peristiwa menyentak diri kita. Bencana dan berbagai fitnah terjadi bergantian dan tak berkesudahan. Karena itu, jangan lagi kita lalai, berbuat maksiat, apalagi keluar dari syariat Allah dan Rasul-Nya. Semoga Ramadhan berhasil menempa kita menjadi pribadi yang waspada dan mawas diri. Saudaraku, waspadalah!

TIDAK ADA LARANGAN WANITA PERGI KE MASJID

Jika diperhatikan hadits dari imam Bukhori :
عَنْ أَِبىْ مُوْسٰى : اَعْظَمُ النَّاسِ اَجْرًا ِفى الصَّلاَةِ اَبْعَدُهُمْ فَأَبْعَدُهُمْ ممُـْشَى، وَالَّذِى يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَحَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَا ْْلإِمَامِ اَعْظَمُ اَجْرًا مِنَ الَّذِى يُصَلِّى ُثمَّ يَنَامُ
“Dari Abu Musa : orang yang paling besar ganjarannya dalam sholat adalah mereka yang lebih jauh tempatnya (dari mesjid), juga bagi orang yang menunggu sholat bersama Imam lebih besar ganjarannya dari pada orang yang bersholat kemudian tidur”
Dari hadits tersebut terlihat bahwa solat (wajib) yang baik adalah di masjid, dan tidak ada keterangan / larangan bahwa wanita dilarang ke masjid.
Kemudian hadits yang lain (HR Imam Bukhori) :
عَنِابْنِ عُمَرَ : إِذَا اسْتَأْذَ نَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلىٰ اْلمَسْجِدِ فَأْذَنُوْالهَـُنَّ 
“Dari Ibn Umar : Jika wanita-wanitamu (isteri dan anakmu) meminta izin pada waktu malam untuk pergi ke masjid maka ijinkanlah mereka”
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa tidak ada larangan, bahkan ada perintah kepada wanita untuk mengikuti jama’ah sholat di masjid.
Serta dari fiqih wanita dan berbagai sumber yang shohih bahwa :
Kewajiban wanita terhadap suaminya :
  1. Istri hendaknya selalu taat pada Suami selama tidak untuk berbuat dosa
  2. Menuruti kehendak Suami bila Ia mengajak ke ranjang
  3. Tidak diperkenankan Istri untuk memasukkan seorang ke rumahnya yang tidak diridhoi Suami
  4. Tidak diperbolehkan untuk puasa sunnah ketika suami ada di rumah, kecuali dengan ijin dari suami
  5. Mengakui kenikmatannya dan jangan mengingkarinya
  6. Menjaga harta suami dan jangan berlebihan dalam penggunaannya
  7. Mempergauli suami dengan baik
  8. Memperhatikan keadaannya, senang dan sedih
  9. Perhatikan waktu makan, tidur dan minumnya
  10. 10.      Tidak keluar dari rumah suami kecuali dengan ijinnya. Adapun hal-hal yang membolehkan wanita keluar adalah :
    1. a.      Keluar untuk kepentingan yang perlu
    2. b.     Menghadiri sholat jama’ah di masjid
    3. c.      Keluar untuk sholat ‘ied
    4. d.     Keluar untuk perang
  11. Membantu suami dalam mengasuh dan mendidik anak suaminya yang bukan dari dia (anak tiri) atau anak yang masih kecil
  12. Mengurus rumah
  13. Tidak bergaul dan bercanda dengan laki-laki lain
  14. Menghibur suami dan berusaha memasukkan rasa senang kepadanya
  15. Anak-anak hendaknya selalu segar dan bersih
Dari QS At Taubah ayat 18 :
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat tersebut maka terlihat bahwa Allah memerintahkan bahwa manusia wjib memakmurkan masjid-masjid, tidak dikhususkan kepada laki-laki saja, tetapi juga kepada wanita.
—-@@—-

Suatu Pesan Untuk Istri

Suami yang menikahi kamu, tidaklah semulia Muhammad SAW,
Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Ayyub,
Ataupun segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf.

Justru suamimu hanyalah,
Pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang sholeh,……

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita,
Kewajiban bersama.

Suami menjadi pelindung,
Kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal,
Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal,
Kamu adalah penuntun kenakalannya.

Saat suami menjadi raja,
Kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bias,
Kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami masinis yang lancing,
Sabarlah memperingatkannya,……

Pernikahan ataupun perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah SWT, Karena suami yang tak segagah mana,justru kamu tersentak dari alpa.

Kamu bukanlah Khadijah,
Yang begitu sempurna didalam menjaga,
Pun bukanlah Hajjar,
Yang begitu setia dalam sengsara,
Cuma wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi sholehah,……

Suatu Pesan Untuk Suami

Istri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah.

Justru istrimu hanyalah,
Wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Menjadi sholehah,……

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita,
Kewajiban bersama.

Istri menjadi tanah,
Kamu langitnya,
Istri ladang tanaman,
Kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan,
Kamu gembalanya,
Istri adalah murid,
Kamu mursidnya,
Istri bagaikan anak kecil,
Kamu tempat bermanjanya,……

Saat istri menjadi madu,
Kamu teguklah sepuasnya,
Seketika istri menjadi racun,
Kamulah penawar bisanya,
Seandainya istri tulang yang bengkok,
Berhatilah meluruskannya,

Pernikahan atau perkawinan,
Menginsyafkan kita,
Perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar,meniti sabar dan ridha Allah SWT, karena memiliki istri yang tak sehebat mana, justru kamu akan tersentak alpa.

Kamu bukanlah Rasulullah,
Pun bukan pula Sayyidina ‘ali,
Karamallahuwajjah,
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi sholeh,……

Do’a menengok orang sakit

اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اَشْفِ اَنْتَ الشَّا ِفى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا وَلاَاَلَمًا
ALLAHUMMA RABBAN NAASI ADZHIBIL BA’SA ASYFI ANTASY SYAAFII LAA SYIFAA’A ILLA SYIFAA’UKA SYIFAA’AN LAA YUGHAADIRU SAQAMAN WA LAA ALAMAN
Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah bahaya ini, sembuhkanlah, Engkau yang dapat menyembuhkan. Tidak ada obat selain obat Engkau, yaitu obat yang tidak meninggalkan sakit dan penyakit.
Translate »